4 LEMPENG TEKTONIK DI INDONESIA YANG WAJIB ANDA KETAHUI
Jangan Panik Jika Terjadi Gempa.
Kaimana Masi Sangat Aman Dari semua Titik terdekat Pertemuan Lempeng yang jika terjadi patahan yang berdampak pada hal2 yang tdk kita inginkan bersama..
Mari sama2 kita Belajar.. memahami apa itu Lempeng yang jika terjadi patahan akan berdampak pada Gempa.
Memahami 4 Lempeng di Indonesia yang Perlu Kamu Ketahui
Lempeng di Indonesia – Jika bicara tentang lempeng, maka tak bisa dilepaskan dari teori tektonik lempeng atau terbentuknya bumi yang di mana bumi terbentuk karena adanya pergerakan di bawah permukaan bumi. Selain itu, teori ini sudah mulai terkenal sekitar tahun 1960-an. Bahkan teori ini sudah menggantikan ilmu pengetahuan tentang bumi yang umumnya menggunakan peristiwa geologi, seperti gunung berapi, pegunungan, hingga gempa bumi.
Kemudian, teori tektonik lempeng ini terdiri dari lapisan terluar dari bumi atau lapisan litosfer. Dalam hal ini, lapisan litosfer ini terdiri dari kerak dan mantel bumi yang kemudian terpecah hingga berubah menjadi suatu lempengan atau batuan-batuan besar.
Selain itu, kelurusan pada suatu lempeng biasanya terletak di atas susunan batuan pada bagian atas astenosfer. Lalu, faktor penyebab dari terbentuknya pergeseran lempeng tektonik adalah arus konveksi astenosfer dan litosfer. Kemudian dari arus itu membentuk lempeng-lempeng yang akan bergerak dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Pergerakan yang terjadi diperkirakan 2 hingga 15 cm per tahun. Sedangkan keterkaitan antar lempeng tektonik besar yang ada di dunia ini bisa dibilang memiliki peran yang sangat besar terhadap perubahan geologi yang ada di dunia ini. Adapun contoh peristiwa yang memiliki pengaruh besar, seperti pegunungan Himalaya di area Asia, Rifr Afrika Utara, dan Patahan San Andreas di California.
Sementara itu, Indonesia sendiri dikelilingi dengan 4 lempeng tektonik. Lalu, lempeng tektonik apa saja yang mengelilingi Indonesia? Simak ulasan ini sampai selesai ya, Grameds.
4 Lempeng Tektonik di Indonesia
Lempeng Indo-Australia
Lempeng Eurasia
Lempeng Pasifik
Lempeng Laut Filipina
Indonesia Berada di Jalur Gempa Pertemuan Tiga Lempeng Benua
Indonesia Dikelilingi 295 Sesar Aktif
4 Lempeng Tektonik di Indonesia
Lempeng Indo-Australia
Lempeng Indo-Australia ini memiliki luas kurang lebih 58,9 juta kilometer persegi. Kemudian, lempeng Indo-Australia terbentuk dari penyatuan lempeng antara lempeng Australia dan lempeng India pada jutaan tahun yang lalu. Lalu, pada beberapa tahun yang lalu atau ketika lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia saling bertubrukan, maka terjadilah pembentukan pegunungan Himalaya.
Selain itu, beberapa peneliti yang sudah meriset tentang lempeng Indo-Australia, meyakini bahwa lempeng India dan juga lempeng Australia merupakan dua lempeng yang saling terpisah dalam beberapa jutaan tahun lalu.
Di negara Indonesia, lempeng Indo-Australia ini berada pada wilayah bagian timur, seperti pulau Papua dan juga pulau Nusa Tenggara Timur yang kemudian saling berhubungan dengan lempeng Eurasia di sebelah barat dan di sebelah utara terdapat lempeng Pasifik.
Lempeng Eurasia
Lempeng di Indonesia selanjutnya adalah lempeng Eurasia. Lempeng yang satu ini diperkirakan memiliki luas kurang lebih 67,8 juta km persegi. Dikarenakan lempeng ini cukup luas, maka lempeng yang satu ini termasuk ke dalam lempeng ketiga terbesar di dunia. Bahkan, hampir semua wilayah di benua Eropa dan Asia berada di dalam lempeng yang satu ini.
Selain itu, sudah banyak skema geologi yang terjadi pada lempeng Eurasia. Bahkan, beberapa skema geologi yang terjadi cukup besar, salah satunya adalah pada pembentukan pegunungan Himalaya dan juga pembentukan Danau Laut Kaspia. Danau tersebut menjadi danau terbesar yang ada di dunia.
Sampai saat ini, lempeng Eurasia bisa dibilang sebagai lempeng paling aktif secara geologis. Oleh karena itu, pada wilayah yang dilewati oleh lempeng ini biasanya akan terjadi peristiwa gunung berapi hingga peristiwa gempa bumi.
Pada negara Indonesia, wilayah yang dilewati oleh lempeng ini merupakan pulau-pulau besar, seperti pulaupulau Sumatera, pulau Jawa, pulau Sulawesi, dan pulau Kalimantan. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa lempeng Eurasia merupakan alas dari Indonesia saat ini.
Lempeng Pasifik
Lempeng ketiga yang mengelilingi Indonesia selanjutnya adalah lempeng Pasifik. Lempeng pasifik ini diperkirakan memiliki luas kurang lebih 103,3 juta kilometer persegi. Oleh karena itu, lempeng ini merupakan lempeng terbesar yang ada di dunia ini. Selain itu, letak lempeng ini ada di bawah Samudera Pasifik yang dimulai dari bagian utara dari pulau Papua, Indonesia.
Pada umumnya, lempeng Pasifik bisa dibilang sebagai kerak dari Samudera kecuali di wilayah sekitaran California dan Selandia Baru. Bahkan, lempeng yang satu ini cukup berperan dalam pembentukan kepulauan Hawaii.
Pada awalnya, kepulauan Hawaii ini merupakan gunung berapi yang ada di bawah laut, kemudian terdorong ke atas hingga membentuk suatu daratan yang ada pada jutaan tahun yang lalu. Lalu, pembentukan gunung berapi ini terjadi melalui beberapa titik di lempeng Pasifik. Kemudian, setiap batas-batas luar dari lempeng Pasifik ini membentuk Cincin Api di dasar Samudera Pasifik yang di mana dari Cincin Api tersebut menyebabkan gunung berapi di beberapa wilayah.
Lempeng Laut Filipina
Lempeng keempat yang mengelilingi Indonesia selanjutnya adalah lempeng Laut Filipina. Jika 3 lempeng sebelumnya termasuk ke dalam kategori makro, maka lempeng Laut Filipina ini merupakan lempeng mikro. Hal ini karena lempeng yang satu ini memiliki luas kurang lebih 5,5 juta kilometer persegi.
Lempeng Laut Filipina, letaknya ada di wilayah utara pulau Halmahera, Waigeo, Papua. Selain itu, juga terletak di bagian paling luar di kepulauan Sangihe Talaud. Lempeng Laut Filipina ini bersinggungan secara langsung dengan 3 lempeng makro yang ada di Indonesia, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia, dan lempeng Pasifik.
Indonesia Berada di Jalur Gempa Pertemuan Tiga Lempeng Benua
Di Indonesia, gempa bumi seringkali terjadi. Bahkan, sudah banyak data yang kemudian memperlihatkan bahwa kepulauan Indonesia kerap diguncang gempa bumi diantaranya pada 4 Juli 1991 terjadi gempa bumi di Alor, bahkan peristiwa itu sudah menghancurkan lebih dari 1.300 rumah, dan juga menewaskan 181 orang, hingga sekitar 5.400 orang kehilangan tempat tinggal.
Lalu, pada tanggal 26 desember 2004, Aceh di Sumatera Utara diguncang gempa dahsyat dengan kekuatan Magnitudo 8,9 yang dibarengi juga dengan tsunami. Sekitar 200 ribu korban diperkirakan tewas dengan sekitar 110.146 dimakamkan, serta 127.749 lainnya kemudian dinyatakan hilang.
Kemudian, ada gempa yang terjadi di Yogya dan Jateng pada 27 Mei 2006. Bahkan, korbannya diperkirakan 7.800 orang dengan ribuan bangunan hancur berantakan. Lalu, beberapa waktu lalu gempa ini juga menghantam Palu dan Donggala, Sulawesi Selatan.
Ahli geologi yang juga Direktur pascasarjana UPN Veteran Yogyakarta dalam sebuah seminar di TMII Jakarta, dalam beberapa waktu lalu, menjelaskan bahwa kepulauan Indonesia sebagai pertemuan tiga lempeng benua. Lempeng-lempeng itu merupakan Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, serta Lempeng Eurasia.
Masing lempeng-lempeng yang ada di Indonesia ini memiliki pergerakan yang berbeda-beda, seperti pada lempeng Indo-Australia yang bergerak ke timur laut dengan kecepatan 7,7 cm/tahun, lempeng Pasifik yang bergerak ke barat laut dengan kecepatan 10,2 cm/tahun. Sementara itu, pada lempeng Eurasia relatif tidak bergerak.
Di Indonesia sendiri terjadinya pergerakan benturan bisa mengakibatkan gunung api, mulai dari ujung utara Pulau Sumatera, ke pulau Jawa, Pulau Bali, NTT terus hingga menuju ke timur membelok ke Maluku. Oleh karena itu, bukti-bukti bahwa pergerakan benturan hingga sekarang masih terus berlangsung.
Adanya tumbukan itu, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kepulauan terbesar di dunia yang sangat kompleks serta sekaligus unik. Oleh karena itu, kita banyak menjumpai berbagai macam bentuk pantai, palung laut, 129 gunung aktif (serta 35 gunung api yang berada di Pulau Jawa) serta sesar, hingga akhirnya patahan, sehingga rawan terjadi gempa tektonik.
Akibat dari pergerakan ini, maka di Indonesia seringkali terjadi gempa bumi tektonik yang kemudian bisa membahayakan bagi peradaban kehidupan manusia. Misalnya, gempa bumi tektonik yang kemudian melanda Yogyakarta tanggal 27 mei 2006.
”Pulau-pulau Sumatera, Jawa, Bali, NTT, Maluku, Papua serta Sulawesi semua berada di jalur gempa. Di Indonesia hanya pulau Kalimantan yang stabil serta tak terguncang gempa tektonik atau aktivitas goncangan tektonik,” kata Danisworo. Ditambahkannya, mengingat timbulnya gempa bumi karena adanya tumbukan lempeng di Indo-Australia dan Eurasia, maka hampir dipastikan terdapat kaitan gempa bumi satu dengan yang lainnya.
Namun, jika berlainan lempeng, maka tidak ada hubungan antara gempa bumi tersebut. Gempa bumi di Aceh, Padang, serta Jawa beruntun, maka daerah-daerah lain yang dilewati jalur yang sama yaitu di daerah Jawa Timur, Bali, serta NTT merupakan daerah yang rawan akan terjadinya gempa yang lain. Pelepasan atau terjadinya gempa bumi biasanya disusul dengan gempa bumi susulan yang terjadi di beberapa wilayah terdekatnya.
Misalnya gempa bumi di Tokyo pada 1 juni dan 16 juli 1990, yang kemudian disusul dengan gempa bumi di Filipina. Gempa yang terjadi Yogyakarta tanggal pada 27 mei 2006 terjadi pukul 05.54 WIB dengan pusat gempa 37 km barat daya kota Yogya (di tepi pantai). Lalu gempa bumi ini disusul dengan gempa bumi yang terjadi pada koordinat 8,007 LS dan 110,286 BT, dengan kedalaman 17,1 Km di bawah permukaan tanah, berkekuatan M5,9 berdasarkan data BMKG.
Gempa ini terjadi sebagai akibat aktivitas sesar atau patahan mendatar yang berarah ke barat daya-timur laut. Sesar ini juga dampak dari lempeng tektonik Indo-Australia yang menumbuk Lempeng Eurasia. Sesar itu kemudian melewati Parangtritis, Imogiri, Piyungan, Prambanan, serta terus ke arah timur laut hingga Jatinom, Klaten, dan ke Gemolong, Sragen.
Daerah ini dan radius beberapa kilometer dari daerah lintasan akan rusak. Kerusakan tersebut juga dipengaruhi oleh keadaan morfologi serta jenis batuan. Lalu, kawasan Bantul menjadi daerah paling parah karena di samping dekat dengan sumber gempa bumi, batuan pada wilayah Bantul biasanya terdiri dari endapan alluvial, batu gamping serta endapan letusan gunung merapi yang sifatnya memperbesar efek goncangan gempa bumi.
Kenapa gempa di Yogya tidak menimbulkan tsunami?
Diterangkannya sumber gempa di pantai kemudian tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Gelombang tsunami sendiri dapat terjadi jika kekuatan gempa paling kecil M6,5. Namun, hal ini juga tergantung jarak, hingga kedalaman pada pusat gempa. Setelah gempa diikuti susutnya laut secara cepat kemudian air juga seakan-akan dihentakkan kembali dalam membentuk gelombang besar. Kecepatan tsunami antara 50-100 km/jam, ketinggian gelombang tsunami beragam dari 3-500 meter.
Sumber: siagabencana.com
Indonesia Dikelilingi 295 Sesar Aktif
Di negara Indonesia, terdapat 295 sesar aktif dan semua sesar aktif tersebut mengelilingi negara Indonesia. Sesar aktif itu sendiri terletak pada berada sepanjang selatan pulau Jawa, Sumatera, NTT hingga naik ke atas laut banda. Selain itu, terdapat 295 sesar ungkap Koordinator Mitigasi Gempabumi serta Tsunami Pusat Studi Gempa Nasional BMKG Daryono lewat pesan singkat.
Kemudian, sesar yang bergerak mendatar serta membentang di sepanjang 1.900 kilometer dari sisi barat Pulau Sumatera. Laju atau pergeseran sesar in bisai mencapai 5 milimeter per tahun. Kemudian sesar Mentawai bergerak naik serta memanjang di Kepulauan Mentawai dari utara ke selatan. Pergerakan sesar ini berada 14-15 milimeter per tahun.
Selanjutnya, sesar Palu Koro yang bergerak mendatar serta membelah pulau Sulawesi dari teluk Palu hingga ke lembah Bone. Lalu, pergerakan sesar ini bisa mencapai 30-44 milimeter per tahun. Sesar Sorong. Sesar mendatar yang terbentuk akibat benturan Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Pasifik. Pergerakan sesar Sorong ini sendiri tercatat 8,5 millimeter per tahun.
Kemudian, sesar geser yang terbentang mulai dari Pelabuhan hingga Subang. Pergerakan sesar ini sendiri terjadi 4 milimeter per tahun. Sesar Lembang yang di mana letaknya mulai dari gunung batu Lembang hingga Padalarang yang jika dihitung sekitar 29 kilometer dan pergerakannya selama 1,5 millimeter per tahun.
Sesar Opak merupakan sesar yang terbentang dari dataran tinggi Wonosari hingga Yogyakarta. Pergerakannya adalah 2,4 millimeter per tahun. Lalu, ada sesar Kambing. yang di mana sesar ini naik melalui pulau Kambing. Selain itu, sesar ini juga diduga mengangkat pulau Kambing ke permukaan laut. Pergerakannya 5,5 millimeter per tahun.
Komentar
Posting Komentar